Senin, 27 Agustus 2012

SABAR MENGHADAPI UJIAN HIDUP


Ketahuilah, ujian dan cobaan di dunia merupakan sebuah keharusan, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan tanda kebenaran dan kejujuran iman seseorang kepada Allah SWT

Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla. Tidak satu pun diantara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut.

Keimanan, keyakinan, tawakkal dan kesabaran yang kokoh amatlah sangat kita butuhkan dalam menghadapi badai cobaan yang menerpa. Sehingga tidak menjadikan diri kita berburuk sangka kepada Allah SWT terhadap segla Ketentuan-Nya.

Oleh karena itu, dalam keadaan apapun, kita sebagai hamba yang beriman kepada Allah SWT harus senantiasa berbaik sangka kepada Allah. Dan haruslah diyakini bahwa tidaklah Allah menurunkan berbagai musibah melainkan sebagai ujian atas keimanan yang kita miliki. Allah sebagaimana tertulisa dalam firman-Nya  :  “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)

Kesabaran merupakan perkara yang amat dicintai oleh Allah dan sangat dibutuhkan seorang muslim dalam menghadapi ujian atau cobaan yang dialaminya. Sebagaimana dalam firman-Nya :   “…Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Al Imran : 146)

 Macam-Macam Kesabaran 
Ibnul Qoyyim mengatakan dalam Madarijus Salikin : “Sabar adalah menahan jiwa dari keluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (tidak lurus). Sabar ada tiga macam, yaitu sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari maksiat, dan sabar dari cobaan Allah.”

Oleh karena itu sabar dibagi menjadi tiga tingkatan :

1. Sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena takut ancaman Allah, Kita harus selalu berada dalam keimanan dan meninggalkan perkara yang diharamkan. 
Yang lebih baik lagi adalah,  sabar dari meninggalkan kemaksiatan karena malu kepada Allah. Apabila kita mampu muraqabah (meyakini dan merasakan Allah sedang melihat dan mengawasi kita)  maka sudah seharusnya kita malu melakukan maksiat, karena kita menyadari bahwa Allah SWT selalu melihat apa yang kita kerjakan. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya, di surah Al Hadid ayat 4 ” ........ Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”

2. Tingkatan sabar yang kedua adalah sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah,  dengan terus-menerus melaksanakannya, memelihara keikhlasan dalam mengerjakannya dan memperbaikinya. Dalam menjalankan ketaatan, tujuannya hanya agar amal ibadah  yang dilakukan diterima Allah, tujuannya semata-mata ikhlas karena Allah SWT.

Ada Beberapa Hal Yang Akan Menuntun Seorang Hamba Untuk Bisa Sabar Dalam Menghadapi Ujian Dan Cobaan, Sebagai Berikut :
1. Sebaiknya kita merenungkan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Dan Allah menimpakan ujian atau musibah-musibah tersebut mungkin disebabkan dosa-dosa kita . Sebagaimana firman Allah SWT :     “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy Syuro : 30).
Apabila seorang hamba menyadari bahwa musibah-musibah yang menimpa disebabkan oleh dosa-dosanya. Maka dia akan segera bertaubat dan meminta ampun kepada Allah dari dosa-dosa yang telah dilakukannya
Dan Nabi Muhammad saw bersabda:  “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim). Jadi ujian dan cobaan, bisa sebagai penggugur dosa-dosa kita dan juga untuk mengangkat kita ke derajat keimanan yang lebih tinggi.

2.. 
Kita harus menyakini dengan seyakin-yakinnya, bahwa Allah selalu ada bersama kita. Dan Allah telah memberikan jaminan untuk kita dalam surah Al Baqarah ayat 286, bahwa ” Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya.     Dan Allah cinta dan ridha kepada orang yang sabar.  Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya sbb:    dan sabarlah sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS Al Anfal : 46)   Dan Firman-Nya :     “…Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (QS.Al Imran : 146)
Bersabarlah maka kita akan melihat betapa dekatnya kelapangan
Barangsiapa yang muraqabah (merasa  diawasi) Allah dalam seluruh urusan, ia akan menjadi hamba Allah yang sabar dan berhasil melalui ujian apapun dalam hidupnya.  Kesabaran yang didapatkan ini, berdasarkan pada petunjuk Allah dalam Al Quran,  surah At Thur ayat 48  : Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu ketika kamu bangun berdiri”
 Dan ketahuilah, bahwa barangsiapa yang mengharapkan Allah, maka  Allah akan ada dimana dia mengharap.

3. Kita harus mengetahui bahwa jika kita bersabar, maka akan mendatangkan ridha Allah, karena ridha Allah SWT, terdapat dalam kesabaran kita, terhadap segala ujian dan ketentuan takdir-Nya, yang kurang kita sukai.

Keutamaan Sabar

Sabar memiliki kedudukan tinggi yang mulia dalam agama Islam. Oleh karena itu, Al Imam Ibnul Qayyim mengatakan bahwa sabar setengah dari keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur. Lebih jelasnya, akan diuraikan beberapa penyebutan ash-shabr dalam Al Qur’an dengan uraian yang ringkas sebagai berikut:

1. Sabar Merupakan Perintah Mulia Dari Rabb Yang Maha Mulia
Allah SWT berfirman :  “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar,..” (QS. Al-Baqarah: 153)
dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:  “Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu,..…” (QS.Ali Imran: 200)

Konteks (kandungan) dari kedua ayat diatas menerangkan bahwa sabar merupakan perintah dari Allah SWT. Sabar termasuk ibadah dari ibadah-ibadah yang Allah wajibkan kepada hamba-Nya. Terlebih lagi, Allah SWT kuatkan perintah sabar tersebut dalam ayat yang kedua. Barangsiapa yang memenuhi kewajiban itu, berarti ia telah menduduki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT

2. Pujian Allah SWT Terhadap Orang-Orang Yang sabar
Allah SWT memuji mereka sebagai orang-orang yang benar dalam keimanannya. Sebagaimana firman-Nya: “….. dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya). Dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177)

Dalam kitab Madarijus Salikin 2/152 Al Imam Ibnul Qayyim, mengutarakan bahwa ayat yang seperti ini banyak terdapat dalam Al Qur’an. Sehingga keberadaan sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah adalah benar-benar menjadi barometer keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

3. Mendapat Kecintaan Dari Allah SWT
Semua orang yang beriman berharap menjadi golongan orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT.  Dan Allah mengabarkan kepada hamba-Nya bahwa golongan yang mendapatkan kecintaan-Nya adalah orang-orang yang sabar terhadap ujian dan cobaan dari-Nya. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya
“…....., dan Allah itu menyukai/mencintai orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)

.Dan Allah selalu bersama orang-orang yang sabar, seperti tertulis dalam firman-Nya:  “…..…dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama dengan orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal: 46)

Yang dimaksud dengan Allah bersama orang-orang yang sabar adalah penjagaan dan pertolongan Allah SWT selalu menyertai orang-orang yang sabar.  Sebagaimana pula diterangkan dalam hadits berikut ini: 
“Ketahuilah olehmu! Bahwasannya datangnya pertolongan itu bersama dengan kesabaran.” (HR. At Tirmidzi, dari shahabat Ibnu ‘Abbas ra)

4.. Shalawat, Rahmat dan Hidayah Bersama Orang Yang Sabar

Allah SWT senantiasa mencurahkan shalawat, rahmat dan hidayah-Nya kepada orang-orang yang sabar. Karena jika mereka ditimpa ujian dan cobaan dari Allah mereka kembalikan urusannya kepada Sang Pencipta, yang memilikinya.

Sifat mulia yang dimiliki orang yang sabar ini dikisahkan oleh Allah dalam firman-Nya disurah Al Baqarah, ayat 156-157 :  “orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji�uun (esungguhnya kami adalah milik Allah dan hanya kepada-Nya-lah kami kembal). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Atas dasar ini, bila kita ditimpa musibah baik besar maupun kecil, dianjurkan mengucapkan kalimat ini, dan ini yang dinamakan dengan kalimat istirja’ (pernyataan kembali kepada Allah SWT). Kalimat istirja’ akan lebih sempurna lagi jika ditambah setelahnya dengan do’a yang diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad saw  sebagai berikut :“Ya Allah, berilah ganjaran atas musibah yang menimpaku dan gantilah musibah itu yang lebih baik bagiku.”
Barangsiapa yang membaca kalimat istirja’ dan berdo’a dengan do’a di atas niscaya Allah SWTakan menggantikan musibah yang menimpanya dengan sesuatu yang lebih baik. (Hadits riwayat Al Imam Muslim 3/918 dari shahabiyah Ummu Salamah.)

Suatu ketika Ummu Salamah ditinggal suaminya Abu Salamah yang mati syahid di medan perang (jihad). Kemudian beliau mengucapkan do’a ini, sehingga Allah SWT memenuhi janji-Nya dengan memberikan pendamping (jodoh) baginya dengan sebaik-baik pendamping yaitu Rasulullah saw. Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengingkari janji-Nya.

5.. Mendapatkan Ganjaran Yang Lebih Baik Dari Amalannya

Allah SWT memberikan ganjaran bagi orang yang sabar melebihi usaha atau amalan yang ia lakukan. Sebagaimana firman-Nya :
“……Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.  “ (An Nahl: 126)

Dalam ayat lainnya, Allah SWT menjanjikan akan memberikan jaminan kepada orang yang sabar dengan ganjaran tanpa hisab (tanpa batas). Sebagaimana firman-Nya :  “Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu." Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas
.    (Az Zumar: 10)

6.. Mendapat Ampunan Dari Allah SWT

Selain Allah memberikan ganjaran yang lebih baik dari amalannya kepada orang yang sabar, Allah juga memberikan ampunan kepada mereka. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya : ”kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”. (Hud: 11)
Dari �Aisyah, beliau berkata: “Rasulullah saw bersabda:  “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seorang muslim, melainkan Allah SWT telah menghapus dengan musibah itu dosanya. Meskipun musibah itu adalah duri yang menusuk dirinya.” (HR. Al-Bukhari no. 3405 dan Muslim 140-141/1062)

7.. Mendapat Martabat Tinggi Di Dalam Surga

Anugerah yang lebih besar bagi orang-orang yang sabar adalah berhak mendapatkan martabat yang tinggi dalam Surga. Allah SWT berfirman : “Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam syurga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (Al Furqaan: 75)

8.. Sabar Adalah Jalan Terbaik

Semua uraian di atas menunjukkan bahwa sabar ialah jalan yang terbaik bagi siapa saja yang menginginkan kebaikan dunia dan akhiratnya.

Dari shahabat Shuhaib bin Sinan, Rasulullah saw bersabda :
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin, sungguh semua urusannya baik baginya, yang demikian itu tidaklah dimiliki seorang pun kecuali hanya orang yang beriman. Jika mendapat kebaikan (kemudian) ia bersyukur, maka itu merupakan kebaikan baginya, dan jika keburukan menimpanya (kemudian) ia bersabar, maka itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Setiap amalan akan diketahui pahalanya kecuali kesabaran, karena pahala kesabaran itu, tanpa batas. Sebagaimana firman Allah SWT “Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan ganjaran/pahala  mereka tanpa batas.” (Az Zumar: 10)

Coba kita renungkan, bukankah kita selalu mampu untuk bisa sabar dalam menerima ujian-Nya yang berupa nikmat hidup? Mkaa sudah seharusnya kita juga harus bisa sabar dalam menerima unjian-Nya yang berupa kehilangan nikmat hidup, istilahnya, jangan mau terima yang enak-enak saja.

Jadi kita sebaiknya harus bisa bersabar dalam menghadapi segala macam ujian dalam hidup kita, terutama setelah kita mengetahui keutamaan besar yang Allah SWT janjikan bagi hamba-Nya yang bersabar. 

Dewi Yana

Minggu, 26 Agustus 2012

MASIHKAH KAU BERKATA BAHWA ALLAH TIDAK ADIL..???

Dalam sebuah jejaring sosial saya mendapat sebuah pertanyaan yang menggelitik namun sangat jengkel saya mendengarnya. si Fulan bertanya kepada saya:

 "Allah itu maha adil, trus saya mau tanya kalau manusia ada yang nasibnya baik, ada yang buruk, trus dimana letak keadilan allah itu..?? " . Lalu saya jawab


    "Allah tidak akan Mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tidak mau mengubahnya..so takdir/nasib bisa di ubah..dengan doa dan perjuangan untuk mengubahnya ".


Si Fulan Tanya Lagi :

" ia kalau memang allah itu maha adil pastinya takdir semua manusia itu disetarakan. u bilang takdir allah yang menentukan, harusnya kalau allah memang maha adil tentu takdir setiap manusia itu disetarakan(disamakan).  ia disamakan, jika baik maka semuanya baik. "

Lalu saya Jawab Lagi :

jikalau ada teman kamu,..yang sekolahnya jarang, belajar males terus dapet nilai bagus n naik kelas....sedangkan kamu yang sudah berjuang dengan belajar dan kerja keras. malah gak naek kelas dan nilai jelek.apa yang kamu rasakan..??

Si Fulan Menjawab :

    tentu saya protes bahwa keadilan itu harus ditegakkan.

Lalu saya bilang ke si Fulan :

"naaaahhh...begitulah Allah berlaku adil kepada Hamba-Nya.  Untuk mencapai ridho, ampunan dan Syurganya kita di tuntut bekerja keras..mengikuti perintahnya dengan beribadah dan berusaha sekuat tenaga mejauhi larangannya. Masa' orang yang udah berlaku jahat, zina iya, mabuk iya, mencuri iya, membunuh iya, eeeehhh..dia malah masuk syurga. sedangkan kamu yang sudah berusaha sebaik mungkin untuk mencari ridho-Nya, memohon ampunan-Nya..ibarat kata udah mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-Nya malah masuk neraka. Di situ letak tidak adanya ke adilan. Tapi Allah tidak seperti itu...setiap hasil yang di dapat oleh manusia adalah sesuai dari apa yang di lakukan manusia itu sendiri. jika dia berbuat buruk maka ia akan mendapatkan hasil yang buruk. Namun jika ida berbuat baik Maka ia akan mendapatkan hasil yang Baik."


Kita sering sekali berfikir atau bahkan berucap. Allah tidak adil, Allah jahat kepada makhluk-Nya. Kenapa ada Miskin ada kaya, Ada susah, Ada bahagia. Kenapa tidak di samakan saja. Jangan pernah lagi berkata bahwa Alah tidak adil.... Karena sesungguhnya yang bodoh dalam menjalani kehidupan di dunia ininadalah KITA. Udah jelas dan baik Allah kasih kita kesehatan. kenapa kita mesti rusak dengan Khamar, Narkotika, dan Makanan yang membahayakan bagi tubuh secara berlebihan. sudah baik Allah kasih kita jabatan dan kehidupan finansial yang tidak terbatas, tapi kita malah menghancurkannya dengan Korupsi, Merampas yang bukan Hak kita. dan masih banyak lagi problematika kehidupan manusia yang miris bagi mereka. Semua itu bukan kehendak Allah tapi atas kelakuan kita sendiri, maka ketentuan dan kehendak Allah berlaku bagi mereka yang berbuat Buruk. 

" Tidak ada untungnya bagi Allah bila manusia itu berbondong-bondong mengerjakan kebaikan di muka bumi, dan tidak ada Ruginya bagi Allah bila manusia itu Berbondong-bondong melakukan kejahatan di muka bumi ini. setiap perbuatan akan di balas atas apa yang telah mereka lakukan. Yang membuat diri ini nista, hina dan hancur adalah diri kita sendiri, bukan orang lain, dan Allah hanya menjalankan peraturan yang telah berlaku"

Yang berbahaya itu bukan Orang lain...Tetapi Diri Kamu Sendiri.

Maha Adil Allah.





Rabu, 22 Agustus 2012

KENALI DIRI SENDIRI (Konsep Jati Diri Menurut Islam)


Sejauh mana kita mengenal diri kita. Apakah selama ini kita menjalani kehidupan tanpa mengenal diri kita, tidak tahu apa tugas kita, dan tidak tahu kemana tujuan kita. Betapa penting mengenal diri sendiri sebelum kita mengenal arti kehidupan yang lain. Sulit bagi orang yang tidak memahami dirinya untuk menggapai hidup dalam ketenangan dan kesejahteraan.

Bagaimana konsep jati diri kita, apakah sudah benar ataukah salah? Jika salah maka itu sangat berbahaya bagi diri kita. Maka dari itu penting dalam penulisan pada lembaran pertama saya ini mengenai Jati Diri. Sejauhmana kita mengenal diri ini. Begitu banyak konsep-konsep jati diri menurut para pakar pengembangan diri. Namun sebagai muslim yang baik kita kembalikan pertanyaan, dan persoalan hidup ini kepada Al-Qur’an karena di sanalah kita akan menemukan konsep jati diri yang sebenarnya menurut Islam.

1.      Apa Itu Jati Diri.
Secara umum dalam mengenal jati diri selalu dikaitkan oleh 3 pertanyaan seperti ini :
A.    Siapa aku ?
B.     Dari mana aku ?
C.     Dan aku mau kemana ?

Pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang simple namun, tidak semua orang mampu menjawabnya. Karena membutuhkan pemikiran yang sangat mendalam agar tidak salah dalam memahami dan mengenal diri ini.

2.      Apakah kita boleh mengabaikan Jati Diri.
Tidak, kita tidak boleh mengabaikan siapa diri kita sebenarnya. Karena sesungguhnya setelah kita mengenal diri kita maka kita akan mengetahui makna dan tujuan hidup kita di dunia. Mereka yang mengabaikan masalah jati diri adalah orang-orang yang tidak memiliki keberanian untuk memahami hidupnya. Maka jadilah mereka orang-orang yang labil, ikut-ikutan, dan berjalan tanpa arah.
Mereka berkata “Jalani saja hidup ini”. Maukah kalian menjalani kehidupan ini tanpa arah dan tujuan? Yang nantinya berakhir dengan kesedihan. Saya pribadi tidak mau. Saya ingin hidup saya ini bisa sejahtera, dan berakhir dengan senyuman indah. Maka kita harus tahu dan harus menemukan jati diri kita agar kita tahu arah tujuan hidup kita.

3.      Dimana kita bisa menemukan Jati Diri.
Jati diri selalu di identikkan dengan bakat, potensi dan keunikan yang ada dalam diri kita. Tidak ada yang salah dalam opini tersebut, karena opini tersebut berguna untuk mengetahui potensi kerja kita di mata masyarakat. Pengenalan diri kita kepada masyarakat. Karena notabene manusia diciptakan dengan keunikan, bakat dan potensi masing-masing. Namun ada hal yang lebih utama dari keotentikan diri seperti bakat, potensi dan keunikan. Dan mereka yang telah menemukan bakat, potensi dan keunikan itu bahkan belum menemukan jati diri mereka sesungguhnya. Tak jarang banyak mereka yang sukses dalam hidup namun masih merasa tak puas dalam menjalani hidup, tak tenang, tak tenram dan tak bahagia.
Hanya Allah yang tahu siapa kita, untuk apa kita ada, dan mau kemana kita. Karena Allah yang menciptakan kita. Dan kita sering tak sadar dalam mencari konsep jati diri sesungguhnya sebagai manusia, selain hanya mengejar kesuksesan di dunia ini. Mari kita mulai mengenal jati diri yang sesungguhnya.

A.    Siapa aku ?

Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah dari saripati tanah yang di beri potensi hati, akal dan jasad. Sehingga Allah menetapkan manusia sebagai makhluk tertinggi kedudukannya di antara makhluk lainnya, karena kita memiliki potesi tersebut. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

As-Sajdah Ayat  :7
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.

As-Sajdah Ayat : 8
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.

As-Sajdah Ayat : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Jadi terjawab sudah pertanyaan pertama, Aku adalah manusia yang diciptakan Allah dari sebaik-baiknya ciptaan melaui permulaannya dari saripati tanah, yang kemudian menjadikan keturunan ku dari saripati air hina, kemudian ditiupkan roh kedalam jasad, dibuatnya kita mendengar, melihat dan merasakan melalui hati.

Jika kita mengenal siapa kita, maka kita akan bersyukur atas penciptaan kita kepada Allah. Namun sayang kebanyakan kita lupa hingga sedikit sekali kita bersyukur atas perlakuan Allah kepada kita. Kita adalah Manusia yang di ciptakan Allah dari air hina dan di beri potensi yang sangat luar biasa hingga kita derajatnya lebih tinggi di bandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya. Alhamdulillah.





B.     Untuk apa aku ada ?

Manusia diciptakan memiliki dua tujuan dari Allah yaitu Sebagai Khalifah di muka bumi dan Beribadah kepada Allah SWT. Tak ada tujuan lain, semua aktifitas kehidupan kita sebagai manusia harus berlandaskan 2 tujuan yang di berikan Allah tersebut. Dalam segala hal, baik dari segi pekerjaan, bergaul, dan segala macamnya harus berlandaskan 2 tujuan tersebut. Maka dari itu kita diberikan Allah Akal, Hati dan Jasad agar mampu memikul beban dari ke 2 tujuan tersebut agar berjalan dengan baik.
Seperti Firman Allah SWT :
Adz-Dzaariyat Ayat : 56
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Al-Baqarah Ayat : 30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Jadi aku ada sebagai khalifah dan beribadah kepada Allah SWT.

C.     Dan mau kemana aku ?

Bukan hanya sebagai orang yang tak sukses menjadi orang yang sukses, bukan hanya dari miskin menjadi kaya. tetapi tujuan kita sebagai makhluk ciptaan Allah adalah Kampung Akhirat, yang hanya ada 2 pilihan Syurga atau Neraka.

Kesuksesan, kekayaan, banyak anak, dan mempunyai istri/suami yang cantik/ganteng hanyalah hiasan-hisan dunia yang semu dan akan kita tinggalkan. Karena sesungguhnya kita ini adalah makhluk kampung akhirat. Disanalah rumah kita sesungguhnya, di syurga atau neraka. Sekarang pilihan berada di tangan kita, kita mau memilih yang mana ? dan pasti sebagian banyak manusia memilih Syurga toh ?. untuk menggapai syurga itulah Allah memberika hukum-hukumnya di dalam Al-Quran. Mau kita taati atau malah kita ingkari. Bila kita taati maka syurga adalah rumah kita. Bila kita ingkari maka nerakalah rumah kita (Tujuan kita).

Adapun Firman Allah dalam meluruskan tujuan perjalanan kita di bumi adalah sebagai berikut :
As-Sajdah Ayat : 19
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan.

As-Sajdah Ayat : 20
Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir) maka tempat mereka adalah jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya."

Akhirnya kita pun tahu Siapa kita ? Dari mana kita ? dan Mau kemana Kita ? yang sesungguhnya. Bahwa kita adalah manusia yang berasal dari saripati air hina, di ciptakan sebagai khalifah dimuka bumi untuk beribadah kepada Allah, agar mendapatkan kesenangan yang abadi di Syurga nan Indah di kampung akhirat.
Bila kita mengetahui konsep Jatidiri menurut islam ini maka kita akan menjalani kehidupan ini dengan tenang dan tawakal kepada Allah. Bahwa apa yang telah kita dapat, apa yang telah kita lakukan adalah untuk membantu sesama dan beribadah kepada Allah demi mencapi tujuan syurga. Dan bila kita mengenali dari apa kita di ciptakan maka kita akan menjadi manusia yang tak berjalan dengan kesombongan di muka bumi dan senantiasa kita menjadi hambanya yang benar2 bersyukur karena telah menjadi salah satu makhluk yang sempurna di bandingkan makhluk Allah lainnya. Jazzakallah

HANYA ALLAH YANG MAMPU MENOLONG KITA

"Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah Orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah Membiarkan kamu (Tidak Memberikan Pertolongan), maka siapakah gerangan yang bisa menolong kamu (selain ) Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah hanya kepada Allah saja Orang-orang mukmin itu bertawakal " (QS. 2 : 155)

Tidak ada daya dan upaya, kecuali atas izin Allah dan Kekuatannya.

Ya Allah Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Hamba Adalah orang2 yang Dzolim.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Tanpa shalat berjama'ah,ibadah yang lain akan sia-sia


Dari Laits dari Mujahid :
Ibnu Abbas ditanya tentang seseorang yang berpuasa sepanjang hari, dan mendirikan shalat sunat sepanjang malam, tetapi dia tidak pergi ke masjid untuk shalat jum'at dan shalat berjamaah. Ibnu Abbas menjawab, Dia adalah penghuni neraka jahanam.
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini bermakna bahwa orang tersebut tidak shalat berjama'ah dan tidak shalat jum'at karena tidak suka, menganggap sepele dan remeh kedua shalat itu.

Bicara Tentang Penyebab Kesulitan Diri


Kali ini saya akan meberikan artikel ustad Yusuf Mansur yang saya dapat dari perkuliahan online saya dengan beliau, semoga bermanfaat buat kita semua :).
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Pernah dengar kisah yang dinisbahkan kepada Abu Nawas?
Kisah berikut ini bisa jadi bukan kisah beneran. Disandarkannya saja kepada Abu Nawas. Tapi masya Allah, pas banget buat ngegambarin apa yang akan menjadi kajian kita ini.
Di pekarangannya, suatu hari Abu Nawas tereak-tereak, kehilangan cincinnya. Tetangga yang sedang pada ngumpul menghampiri Abu Nawas dan membantu Abu Nawas mencari cincinnya. 1 jam lebih mencari di pekarangan tersebut, ga ketemu. Semua sudut udah diperiksa. Hasilnya, nihil.
“Abu Nawas, emangnya hilangnya di mana sih?” tanya salah seorang di antara mereka.
“Hilangnya di dalam rumah…”, jawab Abu Nawas enteng.
Tetangga-tetangga yang membantu Abu Nawas mencari cincin di pekarangan rumah spontan berhenti. Semuanya menggelengkan kepalanya. “Kenapa Kau tidak bilang dari tadi?”
“Iya. Kenapa hilangnya di dalam rumah, tapi nyarinya di pekarangan rumah?”
Dengan entengnya Abu Nawas menjawab, “Seperti itu juga manusia…”
Jawaban Abu Nawas adalah jawaban buat kita semua. Kita ini suka salah mencari jawaban. Sumber kesalahan di mana, solusi diterapkannya di mana. Bahkan solusi yang dijalankan berdasarkan sumber kesalahan yang berbeda. Bukan sumber asal.
Di dalam buku Temukan Jawabannya Temukan Penyebabnya (udah jadi buku terbit di tahun 2004,red), saya menulis kurang lebih:
“Jika ada lantai yang basah, tergenang air, kebanyakan orang langsung mengambil kain pel. Langsung dipel lantai itu. Lantai itu kering ga? Bisa jadi kering. Tapi karena sumber genangan tersebut tidak diurus, maka lantai tersebut kembali basah. Nah, yang harus dilakukan sebenernya adalah cari di mana sumbernya? Ketika diketahui lantai itu tergenang air sebab genteng yang bocor, ya ganti gentengnya. Lalu salah ga mengepel tadi? Engga salah. Tapi sekarang menjadi efektif solusinya.”
Dengan nada yang kurang lebih sama, saya sampaikan juga atas izin Allah di CD & DVD 10 dosa besar.
Ada penyebab terbesar dalam persoalan hidup manusia. Ada penyebab terbesar yang menyebabkan kompleksitas problematika kehidupan. Penyebab ini karena tidak dipelajari akhirnya menjadi terlewati. Manusia senangnya mengepel lantai begitu. Atau seperti yang Abu Nawas ajarkan, senangnya mencari di tataran sekunder. Bukan yang inti. Dan penyebab semua penyebab adalah persoalan ketauhidan, persoalan iman, persoalan ibadah, dan persoalan dosa besar.
Saudara yang sudah mengikuti kajian Kuliah Dasar Tauhid, coba buka lagi pelan-pelan, kenapa sampe saya menyebut persoalan tauhid, iman, dan amal saleh, serta akhlak adalah biang penyebab terbesar bagi kesusahan manusia? Silahkan bernostalgia dengan tulisan-tulisan di Kuliah Tauhid ya.
Insya Allah dengan membaca bismillaahirrohmaanirrohiim, kita awali kajian Temukan Penyebabnya Temukan Penyebabnya. Berharap mudah-mudahan Saudara yang sedang bermasalah, tahu apa sih yang menjadi masalah sesungguhnya buat hidup Saudara. Dan mudah-mudahan buat Saudara-Saudara yang belom memiliki persoalan hidup, mengerti apa yang menjadi penyebabnya, sehingga bisa siap-siap payung sebelom hujan, atau malah menghindar kawasan hujan, he he he. Yah, kadang-kadang karena hidup ini bukan kita yang punya, awan mendung, petir, dan kegelapan, kita ga bisa milih. Hadirnya kesusahan kan bukan semuanya azab. Ada juga yang merupakan hadiah dan atau ujian  dari Allah. Dan insya Allah di kajian ini akan kita pelajari bahwa semua Kehendak Allah, berasal dari Kasih Sayangnya Yang Teramat Besar buat Manusia Ciptaan-Nya. Karena bersumber dari Kasih Sayangnya inilah manusia (baca: kita-kita), boleh berharap bahwa Allah betul-betul tidak menguji hamba-hamba-Nya kecuali sebatas yang Allah tahu kadar kemampuannya, Allah sertakan pula jawaban-Nya, dan atau hadirkan pertolongan-Nya.
Sebelum saya akhir mukaddimah ini, silahkan pelajari oleh Saudara:
Qs. al An’aam: 11-18.
Qs. Yuunus: 100-109.
Qs. Thoohaa: 124-130.
Qs. az Zumar: 1 surah.
Qs. at Tahriim: 8
Sampe ketemu ya, saling doa bi doa.
Salam, Yusuf Mansur.

Kamis, 16 Agustus 2012

KITA PUNYA ALLAH



Dalam menjalani hidup ini,
Kadang sebagian dari kita sering merasa hidupnya tidak bermakna.
Merasakan kekosongan. Kehampaan, kegelisahan,
Dan kadang ga tau mau ngapain.
Bosen banget sama hidup kita ini.
Mereka mau pergi, tapi ga tau mau kemana.
Takut bikin dosa lagi, takut bikin dosa terus.
Kekayaannya, waktu yang kita milikinya, kesehatan yang dipunyanya,
Seakan tidak menjadi sesuatu yang membahagiakan hatinya.
Mereka ga ngerti sedang menjalani apa, sedang mengejar apa.
Barangkali mereka punya semuanya. Tapi mereka tidak punya Allah.
Mereka kadang iri dengan mereka-mereka yang kelihatannya ga punya apa-apa.
Tapi mereka happy. Bahagia. Senang. Tanpa beban.
Senyumannya tidak seperti mereka.
Tidurnya juga tidak seperti mereka.
Paginya, siangnya, dan malamnya, pun tidak seperti mereka.
Yang satu barangkali punya Allah, walaupun tidak punya apa-apa.
Sedang yang satu tidak punya Allah, walaupun punya banyak hal.
Laa-ilaa-ha illallaah, Muhammad Rasulullaah.

SIFAT-SIFAT PEWARIS SURGA


Oleh : Ust. Farikh Marzuki, Lc MA

Allah swt dalam Qs Al-Mukminun : 1 berfirman “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”               
Maksudnya adalah orang-orang mukmin telah bahagia dan gembira. Karena mereka mempunyai sifat iman. Yaitu membenarkan Allah, para Rasul, dan Hari Kiamat.
“(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya” (Qs Al-Mukminun : 2)                     
Maksudnya: Orang-orang yang takut dan tenang. Sedangkan khusyu’ adalah kekhusyu’an hati.  Yakni ketundukan yang diiringi rasa takut dan ketenangan seluruh anggota tubuh.




Hasan Al-Bashri berkata:
“Mereka khusyu’nya ada dalam hati. Sehingga mata mereka menjadi menunduk dan merendahkan sayapnya (berlaku tawadhu’).”
Sedangkan khusyu’ dalam shalat hanya terwujud ketika seseorang memfokuskan hati untuk shalat. Ia menyibukkan diri dengan shalat dan tidak memikirkan lainnya. Ia mengutamakan shalat dibandingkan sesuatu yang lain. Dengan demikian ia mendapatkan ketenangan dan ketenteraman. Sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad saw dalam Hadis riwayat Ahmad:
“Saya dibuat senang kepada minyak wangi dan wanita. Dan penyejuk mataku dijadikan dalam shalat.”
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari seorang lelaki dari Aslam bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Wahai Bilal! Santaikan diri kami dengan shalat.”
Khusyu’ adalah kewajiban darurat dalam shalat sehingga seseorang memahami makna-makna shalat. Bisa bermunajat dengan Rabb. Mengingat Allah. Takut kepada ancamanNya. Mentadabburi ayat-ayat Al-Qur`an dan memahami maknanya. Sebagaimana firman Allah:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Ketika seseorang khusyu’, ia menjadi terhindar dari bisikan Setan, juga terhindar dari perkara-perkara yang memalingkan mushalli dari shalatnya. Sebagaimana difirmankan Allah :
 “Jangan kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 205)
“Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (Qs Al-Mukminuun : 3)
Maksudnya orang-orang yang meninggalkan setiap perkara haram, makruh, atau perkara mubah yang tidak ada kebaikannya. Juga meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat bagi manusia dan tidak diperlukan. Perkara-perkara itu meliputi perbuatan dusta, lelucon, mencela, dan seluruh perkara maksiat, juga perkataan dan perbuatan yang tidak ada faidahnya. Sebagai firman Allah :
“Dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al-Furqan: 72)
Namun sayangnya, perkara yang tidak berguna pada zaman kita baik yang berupa perbuatan maupun perkataan, sangat banyak sekali. Kaum muslimin hampir kebanyakannya bergelimang di dalamnya. Seperti tayangan televisi, pertandingan sepak bola, konser musik, sms hand phone, membaca majalah-majalah yang tidak berguna, bermain kartu, dan perkara-perkara lain yang sangat membuang waktu dengan percuma. Padahal waktu adalah emas. Karena itu umat Islam identik dengan umat yang terbelakang karena kebanyakannya membuang waktu sia-sia dalam hal yang sama sekali tidak berguna.
“Dan orang-orang yang menunaikan zakat” (Qs Al-Mukminuun:4)
Ibnu Katsir Rahimahullah berkata: Kebanyakan ulama’ mengatakan zakat yang dimaksudkan pada ayat ini adalah zakat mal. Padahal ayat ini makkiyah. Sementara zakat baru diwajibkan di kota Madinah pada tahun kedua hijrah. Tampaknya zakat yang diwajibkan di kota Madinah adalah zakat yang mempunyai nishab dan ketentuan tertentu. Karena zakat pada dasarnya sudah diwajibkan ketika di Makkah. Allah  berfirman dalam surat Al-An’am padahal ia adalah Makkiyah:
 “Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin).”(QS. Al-An’am: 141)
Tapi bisa juga maksud zakat pada ayat ini adalah zakat jiwa. Yakni mensucikan jiwa dari syirik dan segala kekotoran. Sebagaimana firman Allah :
 “Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Juga seperti firmanNya:
“Dan Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukanNya. (Yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat.” (QS. Fushshilat: 6-7)
Atau bisa jadi maksudnya adalah kedua penafsiran tersebut. Yaitu menzakati jiwa dan menzakati harta. Seorang mukmin yang sempurna adalah yang melakukan zakat ini dan itu. Allahu a’lam.
“Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela” (Qs Al-Mukminuun : 5-6)
Maksudnya: Orang-orang yang menjaga kemaluannya dari perkara haram. Mereka tidak terjerumus dalam perkara yang dilarang Allah seperti berzina, homoseks, dan onani. Mereka tidak mendekati selain isteri-isteri yang dihalalkan oleh Allah bagi mereka melalui akad nikah yang sah. Atau melalui budak-budak wanita mereka. Ini pada masa lalu ketika perbudakan masih berjalan. Barangsiapa membatasi diri dengan yang halal maka tidak ada cela dan dosa baginya.
“Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas” (Qs Al-Mukminuun : 7).   
Maksudnya: Barangsiapa mencari selain isteri dan budak wanita, mereka itulah orang-orang yang menentang dan melampaui batas. Ini juga menunjukkan bahwa nikah mut’ah dan onani dengan tangan adalah haram.
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang dipikulnya) dan janjinya” (Qs Al-Mukminuun:8 )
Maksudnya orang-orang yang menjaga amanat dan sucinya perjanjian. Jika mereka diberi amanat mereka tidak berkhianat. Tetapi menunaikan amanat tersebut kepada ahlinya. Jika mereka membuat perjanjian mereka juga memenuhinya. Intinya menunaikan amanat dan janji adalah sifatahlul iman. Sedangkan berkhianat, menyalahi janji, dan tidak setia terhadap akad, baik itu dalam jual beli, persewaan, perserikatan, atau lainnya maka itu sifat ahlun nifaq. Yaitu orang-orang yang Rasulullah r bersabda dalam Hadis riwayat Asy-Syaikhan, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’I dari Abu HurairahRadhiyallahu anhu:
“Tanda orang munafiq ada tiga: Jika berkata-kata ia berdusta, jika berjanji ia tidak menepati. Dan jika diberi amanat ia berkhianat.”
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)
Amanat dan janji mencakup segala yang diamanahkan kepada seseorang baik dari Rabb maupun dari manusia. Seperti kewajiban-kewajiban syariat (takalif syar’iyah), titipan, dan menunaikan akad perjanjian. 
“Dan orang-orang yang memelihara shalatnya” (Qs Al-Mukminuun : 9)
 Maksudnya orang-orang yang tekun mengerjakan shalat dan menunaikannya tepat pada waktunya. Di samping juga menyempurnakan rukun dan syarat-syaratnya. Disebutkan dalam Ash-Shahihain dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu dia berkata:
“Saya bertanya kepada Rasulullah saw : Wahai Rasulullah! Apakah amal yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: Shalat tepat pada waktunya. Saya bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua orang tua. Saya bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau menjawab: Berjihad di jalan Allah.”
Pada seluruh sifat ini Allah memulai dengan shalat dan menutupnya dengan shalat pula. Maka ini menunjukkan betapa agung kedudukan shalat bagi setiap hamba muslim. Rasulullah saw dalam Hadis riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Baihaqi dari Tsauban berkata:
“Beristiqamalah dan kalian tidak akan mampu menghitung pahalanya. Ketahuilah! Sesungguhnya sebaik-baik amal kalian adalah shalat. Dan tidak senantiasa memelihara shalat kecuali seorang mukmin.”
Maksudnya: Tetapilah istiqamah dengan memelihara menunaikan hak dan menjaga batasan. Juga dengan ridha terhadap qadha’. Dan kalian tidak akan bisa menghitung pahala istiqamah.
 Kemudian Allah  berfirman:
“Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya” (Qs Al-Mukminuun : 10-11).        
Maksudnya: Merekalah orang-orang yang sangat jauh tingkatan kesempurnaannya. Yaitu yang tersifati dengan sifat-sifat mulia tersebut. Merekalah yang patut menempati Surga-Surga firdaus. Yang menetap abadi di dalamnya. Disebutkan dalam Ash-Shahihain bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Jika kalian meminta Surga maka mintalah Firdaus. Karena Firdaus adalah Surga paling tinggi dan paling indah. Darinya bersemburat sungai-sungai Surga. Kemudian di atasnya ada Arsy Ar-Rahman.”
Yang sebanding dengan ayat-ayat ini adalah:
“Itulah Surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa.” (QS. Maryam: 63)
 “Dan itulah Surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan.” (QS. Az-Zukhruf: 72)
Inilah undang-undang Allah yang sangat adil. Dia menjadikan Surga sebagai balasan amal baik sewaktu di dunia. Siapapun yang mempunyai ketujuh sifat ini, pasti mendapat kebahagian di alam Akhirat.
Setelah ketujuh ayat ini Allah menurunkan ayat-ayat tentang kewajiban wudhu, puasa, dan haji. Ibadah-ibadah ini masuk dalam sifat-sifat tujuh di atas. Dan ayat ini umum bagi semua lelaki dan perempuan.

Pelajaran yang diambil dari ayat:
Ayat-ayat surat Al-Mukminun ini mengajarkan kepada kita bahwa ketujuh sifat berikut hukumnya wajib. Siapapun menegakkannya maka wajib baginya abadi dan kekal dalam Surga Firdaus yang sangat tinggi. Sifat-sifat itu adalah:

1. Beriman: Yaitu membenarkan Allah, para Rasul, dan Hari Kiamat.

2. Khusyu’ dalam shalat: Yaitu tunduk, merendah kepada Allah dan takut kepadaNya. Tempat khusyu’ dalam hati. Jika hati khusyu’ maka khusyu’lah seluruh anggota tubuh. Karena hati ibarat raja dan penguasa seluruh anggota tubuh. At-Tirmidzi meriwayatkan Hadis dari Abu Dzar. Dia berkata: Rasulullah saw bersabda:
“Jika seseorang dari kalian berdiri untuk shalat, sesungguhnya rahmat sedang mendatanginya. Karena itu janganlah ia menggerakkan kerikil.”
Ketenangan dalam shalat bukti adanya kekhusyu’an. Bukti pikiran sedang konsentrasi dan menghadap kepada Allah. Dengan kekhusyu’an ini seorang hamba mendapat inti daripada shalat. Sehingga tercapailah tujuan dari ditegakkannya shalat. Khusyu’ termasuk kewajiban dalam shalat. Khusyu’lah yang menjadi inti diterimanya ibadah shalat dan inti bisa diperolehnya pahala dari Allah.

3.  Berpaling dari perkara-perkara lahw (batil). Seperti syirik, seluruh kemaksiatan, dan segala perkara yang tidak ada guna dan tidak diperlukan. Meski perkara yang mubah.

4.  Menunaikan zakat mal yang diwajibkan. Serta mensucikan jiwa dari kekotoran dan maksiat. Di samping itu juga membersihkannya dari penyakit-penyakit hati seperti iri hati, hasad, benci, dan lain sebagainya.

5.  Menjaga kemaluan, menghindarkan diri dari perbuatan zina dan homoseks serta berpaling dari segala nafsu syahwat. Hal ini menunjukkan diharamkannya nikah  mut’ah. Yaitu pernikahan sementara dalam waktu tertentu, baik lama atau sebentar. Karena wanita yang dinikahi secara mu’tah statusnya bukan isteri pada hakikatnya. Karena menurut ijma’ sang wanita tidak menjadi pewaris. Jadi ia tetap tidak halal bagi lelaki.
Juga menunjukkan bahwa onani hukumnya haram. Hal itu dikuatkan pula dengan Hadis riwayat Hasan bin Arafah dari Anas bin Malik dari Nabi saw beliau bersabda:
“Tujuh golongan yang tidak dilihat Allah pada Hari Kiamat. Tidak disucikan. Tidak dikumpulkan beserta orang-orang yang beramal. Dan dimasukkan Neraka bersama orang-orang yang pertama masuk. Kecuali mereka bertaubat. Siapapun yang bertaubat maka Allah menerima taubatnya. Yaitu: Orang yang menyetubuhi tangannya. Dua pelaku homoseks (yang melakukan dan yang dilakukan itu padanya). Pecandu minuman keras. Orang yang memukul orang tuanya sampai minta tolong. Orang yang menyakiti tetangga hingga tetangga melaknatnya. Dan orang yang menyetubuhi isteri tetangga.”
Diharamkannya onani adalah madzhab jumhur ulama berdasarkan dzahir ayat yang membatasi seseorang boleh bersetubuh hanya dengan wanita yang diperisteri dan budak sahaya. Diriwayatkan dari Imam Ahmad, beliau membolehkan onani karena darurat atau karena kebutuhan yang sangat. Hanya sekali saja tanpa pengulangan. Yaitu ketika syahwat lagi mengganas dan pelaku tidak bisa membendungnya. Tetapi dengan tiga syarat: Pelaku takut akan berzina. Tidak memiliki mahar untuk menikah dengan wanita merdeka. Dan hendaknya onani dilakukan dengan tangannya sendiri bukan dengan tangan wanita asing atau lelaki sepertinya.
Barangsiapa melampaui batas dari yang halal dan terjerumus dalam perkara haram seperti zina dan homoseks, berarti ia benar-benar memerangi Allah dan melampaui batas. Ia wajib dihukum had atas perbuatan jijiknya. Kecuali tidak mengetahui keharamannya. Misalnya baru saja masuk Islam.

6.  Menunaikan amanah dan menetapi janji. Makna amanat mencakup segala perkara yang diembankan kepada insan baik urusan agama maupun dunia. Berupa perkataan atau perbuatan. Ini mencakup interaksi dengan manusia, janji dan lain sebagainya.

7.  Selalu menjaga shalat. Yaitu dengan segera mengerjakannya pada awal waktu serta menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. Barangsiapa mengamalkan seperti termaktub dalam ayat, mereka itulah orang-orang yang mewarisi Surga Firdaus. Menduduki tempat yang mulia disana. Dan kekal selama-lamanya dalam Surga. Kemudian termasuk amanat adalah segala perkara wajib baik berupa sesuatu yang harus dikerjakan atau ditinggalkan. Jadi ayat-ayat ini mencakup segala ibadah wajib seperti puasa, haji, dan thaharah.
Wallaahu ‘alam bisshowwab