Sabtu, 18 Agustus 2012

Bicara Tentang Penyebab Kesulitan Diri


Kali ini saya akan meberikan artikel ustad Yusuf Mansur yang saya dapat dari perkuliahan online saya dengan beliau, semoga bermanfaat buat kita semua :).
Bismillaahirrohmaanirrohiim…
Pernah dengar kisah yang dinisbahkan kepada Abu Nawas?
Kisah berikut ini bisa jadi bukan kisah beneran. Disandarkannya saja kepada Abu Nawas. Tapi masya Allah, pas banget buat ngegambarin apa yang akan menjadi kajian kita ini.
Di pekarangannya, suatu hari Abu Nawas tereak-tereak, kehilangan cincinnya. Tetangga yang sedang pada ngumpul menghampiri Abu Nawas dan membantu Abu Nawas mencari cincinnya. 1 jam lebih mencari di pekarangan tersebut, ga ketemu. Semua sudut udah diperiksa. Hasilnya, nihil.
“Abu Nawas, emangnya hilangnya di mana sih?” tanya salah seorang di antara mereka.
“Hilangnya di dalam rumah…”, jawab Abu Nawas enteng.
Tetangga-tetangga yang membantu Abu Nawas mencari cincin di pekarangan rumah spontan berhenti. Semuanya menggelengkan kepalanya. “Kenapa Kau tidak bilang dari tadi?”
“Iya. Kenapa hilangnya di dalam rumah, tapi nyarinya di pekarangan rumah?”
Dengan entengnya Abu Nawas menjawab, “Seperti itu juga manusia…”
Jawaban Abu Nawas adalah jawaban buat kita semua. Kita ini suka salah mencari jawaban. Sumber kesalahan di mana, solusi diterapkannya di mana. Bahkan solusi yang dijalankan berdasarkan sumber kesalahan yang berbeda. Bukan sumber asal.
Di dalam buku Temukan Jawabannya Temukan Penyebabnya (udah jadi buku terbit di tahun 2004,red), saya menulis kurang lebih:
“Jika ada lantai yang basah, tergenang air, kebanyakan orang langsung mengambil kain pel. Langsung dipel lantai itu. Lantai itu kering ga? Bisa jadi kering. Tapi karena sumber genangan tersebut tidak diurus, maka lantai tersebut kembali basah. Nah, yang harus dilakukan sebenernya adalah cari di mana sumbernya? Ketika diketahui lantai itu tergenang air sebab genteng yang bocor, ya ganti gentengnya. Lalu salah ga mengepel tadi? Engga salah. Tapi sekarang menjadi efektif solusinya.”
Dengan nada yang kurang lebih sama, saya sampaikan juga atas izin Allah di CD & DVD 10 dosa besar.
Ada penyebab terbesar dalam persoalan hidup manusia. Ada penyebab terbesar yang menyebabkan kompleksitas problematika kehidupan. Penyebab ini karena tidak dipelajari akhirnya menjadi terlewati. Manusia senangnya mengepel lantai begitu. Atau seperti yang Abu Nawas ajarkan, senangnya mencari di tataran sekunder. Bukan yang inti. Dan penyebab semua penyebab adalah persoalan ketauhidan, persoalan iman, persoalan ibadah, dan persoalan dosa besar.
Saudara yang sudah mengikuti kajian Kuliah Dasar Tauhid, coba buka lagi pelan-pelan, kenapa sampe saya menyebut persoalan tauhid, iman, dan amal saleh, serta akhlak adalah biang penyebab terbesar bagi kesusahan manusia? Silahkan bernostalgia dengan tulisan-tulisan di Kuliah Tauhid ya.
Insya Allah dengan membaca bismillaahirrohmaanirrohiim, kita awali kajian Temukan Penyebabnya Temukan Penyebabnya. Berharap mudah-mudahan Saudara yang sedang bermasalah, tahu apa sih yang menjadi masalah sesungguhnya buat hidup Saudara. Dan mudah-mudahan buat Saudara-Saudara yang belom memiliki persoalan hidup, mengerti apa yang menjadi penyebabnya, sehingga bisa siap-siap payung sebelom hujan, atau malah menghindar kawasan hujan, he he he. Yah, kadang-kadang karena hidup ini bukan kita yang punya, awan mendung, petir, dan kegelapan, kita ga bisa milih. Hadirnya kesusahan kan bukan semuanya azab. Ada juga yang merupakan hadiah dan atau ujian  dari Allah. Dan insya Allah di kajian ini akan kita pelajari bahwa semua Kehendak Allah, berasal dari Kasih Sayangnya Yang Teramat Besar buat Manusia Ciptaan-Nya. Karena bersumber dari Kasih Sayangnya inilah manusia (baca: kita-kita), boleh berharap bahwa Allah betul-betul tidak menguji hamba-hamba-Nya kecuali sebatas yang Allah tahu kadar kemampuannya, Allah sertakan pula jawaban-Nya, dan atau hadirkan pertolongan-Nya.
Sebelum saya akhir mukaddimah ini, silahkan pelajari oleh Saudara:
Qs. al An’aam: 11-18.
Qs. Yuunus: 100-109.
Qs. Thoohaa: 124-130.
Qs. az Zumar: 1 surah.
Qs. at Tahriim: 8
Sampe ketemu ya, saling doa bi doa.
Salam, Yusuf Mansur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar